TULISAN ASAL TENTANG BELAJAR
Living a life is a never-ending story of learning day by day.
Mungkin kalo ditanya paling iri sama siapa, saya paling iri sama diri sendiri waktu SD. Saya iri dengan betapa nikmatnya saya belajar waktu itu. Entah lingkungannya yang memang masih bisa saya saingi (dengan kata lain persaingannya gak begitu ketat) or it was just me yang bersyukurnya masih bisa menyaingi yang lain, who knows. But back on those days, sekolah atau “belajar” bukan hal yang berat banget untuk dijalani. Never felt under pressure as much as i do sometimes, takut dapat nilai jelek, takut turun ranking, takut kalah saing, takut gak lulus, atau takut-takut lainnya. Back then the only thing i knew was just “learning” and i didn’t put any high expectation on me.
Tapi semakin besar semakin ngerasa kayaknya sekarang saya belajar cuma untuk nunjukin kalau saya bisa, mampu, bisa banggain keluarga, and i can fullfill those expectations. Rasa takut mengecewakan semakin gak berkesudahan terutama pas mau masuk SMA dimana persaingannya disitu ketat banget.
I admit it, saya salah karena berpikir pendek bahwa belajar adalah untuk masuk SMA favorit supaya nantinya sukses. I mean, there’s nothing wrong with that, tapi salah ketika presepsi kita tentang belajar berhenti di situ aja. Makin salah lagi ketika saya sadar tentang perasaan itu telat banget, beruntungnya ada guru yang waktu itu bisa mengerti apa yang sebenarnya saya rasain dan tuntun saya supaya jadi lebih baik. Waktu itu rasanya kayak robot, mana enak belajar kayak dipaksa, dikejar ekspektasi, dan perasaan takut kalah. Ya gak?
Dari situ saya perlahan-lahan coba untuk pahami (sampai sekarang pun masih) bahwa definisi belajar itu lebih luas dari sekedar biar masuk universitas tingkat atas. Belajar itu lebih luas dari sekedar hal materiil kayak dapet nilai bagus atau menang lomba atau dapet ranking atau hal-hal semacamnya. Benar adanya kalo cari kerja di masa depan itu susah banget dan persaingannya making gak main-main. Tapi jangan lupa bahwa apa yang kita jalani sekarang juga patut dibicarakan, dirangkul, dirayakan. Belajar ikhlas, belajar menunggu, belajar sabar, belajar menerima, belajar melepaskan, belajar memahami, dan belajar-belajar lainnya. Semua hal itu juga bagian dari proses bertumbuh jadi manusia.
Orang lain bisa mendikte hidup kita harus gimana, harus menang, atau harus lulus, harus ini itu. Tapi sebenernya kalo dipikir-pikir yang paling penting adalah gimana kita jalaninnya. Ibaratnya kalau kalah, sedih berkelanjutan malah bikin kita kalah dua kali. Jadi kenapa gak kita jalani aja semuanya sambil belajar?
Comments
Post a Comment